Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia

Perkembangan Agama Islam di Indonesia

Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13. Bukti-bukti yang menunjukkan pengaruh Islam di Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Batu nisan Sultan Malik as Shaleh yang berangka tahun 1297. Sultan Malik as Shaleh adalah pendiri Kerajaan Samudera Pasai.
b. Catatan Marcopolo 1292, seorang musafir dari Venesia. Ia menuliskan bahwa pada tahun tersebut penduduk Kota Perlak sudah memeluk Islam.
c. Catatan Ibnu Batutah, seorang musafir dari Tunisia 1345–1346. Ia menuliskan bahwa agama Islam berkembang di Samudera Pasai. Menurut Prof. Dr. Hamka, Islam masuk Indonesia berasal dari Mekah dan Mesir.

Dalam waktu singkat agama Islam berkembang di Nusantara. Proses penyebaran agama Islam dapat berlangsung karena mendapat dukungan dari berbagai pihak. Adapun pihak-pihak yang berperan dalam mengembangkan ajaran Islam adalah sebagai berikut.

1. Pedagang
Hubungan dagang Indonesia dengan negara-negara lain sangat erat. Misalnya, para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India. Apalagi setelah Selat Malaka dikuasai Portugis. Mereka mulai mengalihkan pelayarannya dari Malaka dengan rute sebagai berikut.

Aceh pantai barat Sumatra Selat Sunda Banten Jepara Tuban Gresik Banjarmasin Gowa Ambon Ternate kembali ke Barat.

Wilayah yang dilalui berkembang menjadi bandar pelabuhan yang besar. Perkembangan Islam pun semakin lancar. Para pedagang tersebut berinteraksi dengan penduduk sekitar. Dari sinilah agama Islam mulai dikenal dan dianut bangsa lain.

2. Ulama
Ulama adalah orang yang ahli dalam agama Islam. Pada awal perkembangan Islam di Indonesia, peran ulama sangatlah penting. Tokoh-tokoh ulama sangat berjasa dalam penyebarluasan agama Islam. Di Pulau Jawa dilakukan oleh Walisanga. Perkembangan Islam di Pulau Jawa berjalan dengan baik. Penduduk di Pulau Jawa mulai meninggalkan kepercayaan animisme. Ulama yang termasuk Walisanga biasanya mendapat sebutan Sunan.

gambar-wali-songo-3

Peranan ulama di antaranya sebagai berikut.
a. Sebagai sumber ilmu dan tempat belajar agama Islam. Terutama bagi penduduk yang baru masuk Islam.
b. Teladan dan panutan bagi masyarakat.
c. Sebagai pemimpin umat. Hal ini dibuktikan banyak ulama menjadi kepala negara atau raja. Mereka dianggap mempunyai kelebihan dibanding yang lain.
d. Dai dalam menyiarkan agama Islam.

Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia

kerajaan-kerajaan Islam yang pernah ada di Indonesia.

1. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai terletak di Lhokseumawe, Aceh Utara. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-13 oleh Marah Silu atau Sultan Malik as Shaleh. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Adapun raja-raja yang memerintah di Kerajaan Samudera Pasai adalah sebagai
berikut.
a. Sultan Malik as Shaleh (1270–1297)
Merupakan pendiri sekaligus raja pertama di Kerajaan Samudera Pasai.
b. Sultan Malik al Tahir I (1297–1326)
Setelah Sultan Malik as Saleh wafat, penggantinya adalah Sultan Malik al Tahir. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai mulai membina hubungan dengan Kerajaan Pidie dan Barus. Selain itu, membangun bandar kerajaan bagi pedagang Islam.
c. Sultan Malik al Tahir II (1326–1348)
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai mengalami masa kejayaan. Samudera Pasai juga sebagai pusat perdagangan dan penyiaran agama Islam.
d. Sultan Zainal Abidin (1349–1496)
Pemerintahan Sultan Zainal Abidin memegang peranan penting dalam perkembangan Islam di Jawa. Ia mengirimkan dua pendakwah dari Samudera Pasai ke Pulau Jawa, yaitu Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Iskak.

2. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh berdiri sekitar abad ke-16 M. Kerajaan ini beribu kota di Kutarajaatau sekarang Banda Aceh.
Raja-raja acah
1. Sultan Ali Mughayat Syah (1514–1530)
Semula wilayah Kerajaan Aceh merupakan bagian Kerajaan Pidie. Atas perjuangan Sultan Ali Mughayat Syah, Aceh dapat melepaskan diri. Bahkan, Aceh dapat menaklukkan daerah Perlak, Pasai, dan Nias.
2. Sultan Salahudin (1530–1537)
Sultan Salahudin hanya sebentar memerintah di Kerajaan Aceh. Ia dianggap kurang berhasil memimpin Kerajaan Aceh. Pada tahun 1537, digantikan oleh adik Sultan Ali Mughayat Syah yang bernama Sultan Alaudin Riayat Syah.
3. Sultan Alaudin Riayat Syah
Selama masa pemerintahannya, Sultan Alaudin Riayat Syah mampu meluaskan wilayah. Ia juga menyiarkan agama Islam sampai ke daerah Siak, Pariaman, dan Indrapura.
4. Sultan Iskandar Muda (1607–1636)
Pemerintahan Sultan Iskandar Muda menjadi zaman keemasan bagi Kerajaan Aceh. Ia menjalin hubungan baik dengan berbagai negara, seperti Persia, Turki, Cina, dan India. Kerajaaan Aceh menjadi pelabuhan internasional yang dikunjungi pedagang Nusantara dan pedagang negara lain.
5. Sultan Iskandar Thani (1636–1641)
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani, Kerajaan Aceh mengalami kemunduran karena banyak perlawanan di berbagai daerah. Hal ini diperburuk dengan adanya persaingan dari Belanda yang akhirnya berhasil menguasai Malaka pada tahun 1641.

3. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan pusat penyebaran agama Islam. Dari Demak, agama Islam menyebar ke kawasan pantai utara Jawa Barat dan pedalaman Jawa Tengah. Bahkan, pantai utara Jawa Timur dan daerah Banjar di Kalimantan Selatan.
Raja-raja di kerajaan demak
a. Raden Patah (1500–1518)
Raden Patah berhasil mendirikan Kerajaan Demak dibantu para ulama. Penyebaran Islam di Pulau Jawa berkembang dengan baik atas jasa Walisanga. Nah atas bantuan Walisanga pula, Raden Patah berhasil mendirikan sebuah masjid. Masjid itu dikenal dengan nama Masjid Agung Demak.
b. Adipati Unus (1518–1521)
Ia memerintah Demak selama 3 tahun. Ia berhasil mengusir Portugis yang menganggu kelancaran perdagangan Demak. Adipati Unus menyeberang ke utara menuju Malaka. Oleh karena itu, ia mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor.
c. Sultan Trenggono (1521–1546)
Pengganti Adipati Unus seharusnya Sekar Seda Lepen. Namun, Sekar Seda Lepen dibunuh oleh Sultan Prawata (anak Sultan Trenggono). Akhirnya, kerajaan jatuh ke tangan Sultan Trenggono
Pada masa pemerintahannya, wilayah Demak semakin luas dan mengalami kejayaan. Bahkan, Kerajaan Demak berhasil mengusir Portugis dan merebut Sunda Kelapa.
Sultan Trenggono mempunyai dua menantu yaitu Fatahillah dan Joko Tingkir. Fatahillah mempunyai nama asli Syarif Hidayatullah atau Sunan Kalijaga. Dan, Joko Tingkir disebut juga Sultan Hadiwijaya.
Tahun 1546 Sultan Trenggono gugur saat melakukan perluasan wilayah ke Blambangan, Jawa Timur. Akhir Kerajaan Demak ditandai dengan perebutan kekuasaan. Sultan Prawata (anak Sultan Trenggono) berebut dengan Arya Penangsang (putra Sekar Seda Lepen). Di tengah perebutan kekuasaan itu, muncullah Joko Tingkir. Ia berhasil membunuh Arya Penangsang. Lalu pusat
pemerintahan Demak dipindah ke Pajang pada tahun 1586.

4. Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang diperintah oleh Sultan Hadiwijaya. Kerajaan Pajang mempunyai keunikan tersendiri. Kerajaan Pajang berdiri hanya dalam satu kali pemerintahan. Setelah Sultan Hadiwijaya wafat, terjadi perebutan kekuasaan. Arya Panguri (anak Sultan Prawata) berebut dengan Pangeran Benawa (anak Hadiwijaya). Dalam mempertahankan kekuasaannya Pangeran Benawa dibantu Sutawijaya. Namun, ia merasa tidak sanggup menggantikan tahta ayahnya. Kekuasaan pun diberikan kepada Sutawijaya.

5. Kerajaan Mataram
Mataram didirikan oleh Sutawijaya, yang bergelar Panembahan Senopati. Kerajaan Mataram berpusat di Kota Gede. Pada masa pemerintahannya, kekuasaan Mataram berkembang sampai ke Surabaya, Madiun, Ponorogo, Cirebon, dan Galuh. Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601. Beliau dimakamkan di Kota Gede. Tahta Mataram dilanjutkan oleh Mas Jolang yang bergelar Anyakrawati.
Pada masa pemerintahan Mas Jolang banyak terjadi pemberontakan. Mas Jolang meninggal tahun 1613 di Desa Krapyak. Oleh karena itu, beliau mendapat gelar Pangeran Seda Krapyak.
Mas Jolang digantikan putranya yang bernama Mas Rangsang. Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma menjadi raja terbesar Mataram. Pada masa pemerintahannya, wilayah Mataram meluas sampai Gresik, Surabaya, Kediri, Pasuruan, Tuban, Lasem, Pamekasan, Sukanada, Goa, dan Palembang.
Pada tahun 1628 dan 1629, Sultan Agung mengirim pasukan. Tujuannya untuk menyerang VOC di Batavia. Namun, kedua serangan itu mengalami kekalahan. Sultan Agung wafat pada tahun 1645. Kedudukannya digantikan putranya bernama Sultan Amangkurat I. Dari sinilah kejayaan Mataram mulai menurun. Wilayah Kerajaan Mataram mulai mengecil. Hal ini disebabkan adanya perjanjian dengan Belanda.

6. Kerajaan Banten
Sultan Ageng Tirtayasa memerintah dari 1651 sampai tahun 1892. Semasa pemerintahannya, agama Islam berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ulama Islam yang didatangkan ke Banten. Salah satunya Syekh Yusuf dari Sulawesi. Selain itu, Banten juga bekerja sama dengan Turki dan Moghul. Sultan Ageng Tirtayasa selalu membina hubungan baik dengan negara lain. Namun, Sultan Ageng Tirtayasa tidak bersedia bekerja sama dengan Belanda.
Sultan Ageng Tirtayasa pernah mengadakan perlawanan terhadap VOC di Banten. Namun, perlawanannya mengalami kegagalan. Hal ini diakibatkan pengkhianatan putranya. Sultan Haji bekerja sama dengan VOC. Akhirnya, Banten dapat dikuasai VOC (Belanda).

7. Kerajaan Makassar/Gowa
Raja Islam pertama Kerajaan Gowa adalah Daeng Manrabia yang bergelar Sultan Alauddin. Pada masa ini, pedagang-pedagang Belanda mulai memasuki kawasan Makassar. Awalnya
mereka berdagang, namun kenyataannya mereka ingin memonopoli.
Setelah Sultan Alauddin wafat pada tahun 1639, kerajaan dipimpin oleh Sultan Hasanudin. Sultan Hasanudin sangat menentang semua monopoli dagang yang dilakukan VOC (Belanda). Setelah penandatanganan Perjanjian Bongaya, Makassar jatuh ke tangan VOC. Para pemimpin yang tidak setuju banyak yang melarikan diri ke Jawa. Mereka bergabung
dengan pejuang di Jawa.

8. Kerajaan Tidore dan Ternate
Kerajaan Tidore dan Ternate berdiri sekitar abad ke-13–14. Keduanya hidup
berdampingan dengan rukun sebagai pusat perdagangan rempah-rempah. Raja
terbesar Kerajaan Tidore yaitu Sultan Nuku. Ia berhasil memperluas wilayah dan mengembangkan agama Islam sampai ke Halmahera, Seram, dan Papua. Bahkan, Sultan Nuku juga berhasilmengusir Portugis dari Tidore.
Sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, Kerajaan Ternate mempunyai dua persekutuan dagang. Nama kedua persekutuan dagang itu ialah Uli Lima dan Uli Siwa.
a. Uli Lima atau persekutuan lima saudara. Wilayahnya meliputi Ternate, Obi,Bacan, Seram, dan Ambon. Persekutuan Uli Lima dipimpin oleh Kerajaan Ternate.
b. Uli Siwa atau persekutuan sembilan saudara. Wilayahnya meliputi Tidore, Makyan, Jailolo (Halmahera), Mare, Moti, Hitu, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Persekutuan ini dipimpin oleh Kerajaan Tidore.

Peninggalan-Peninggalan Sejarah Bercorak Islam

Kamu telah mempelajari masuknya pengaruh Islam di Indonesia. Pengaruh Islam memberikan corak khusus terhadap kebudayaan bangsa Indonesia. Sampai sekarang pengaruh kebudayaan bercorak Islam masih dapat ditemukan. Peninggalan-peninggalan sejarah bercorak Islam, antara lain masjid, makam, seni ukir, dan kesusastraan.

1. Masjid

250px-Banda_Aceh's_Grand_Mosque,_Indonesia
Masjid adalah tempat untuk beribadah umat Islam. Pada umumnya, setiap kerajaan
Islam mempunyai peninggalan sejarah berupa masjid. Contoh peninggalan sejarah
berupa masjid adalah sebagai berikut.
a. Masjid Agung Demak yang didirikan oleh Walisanga. Masjid ini merupakan peninggalan Kerajaan Demak.
b. Masjid Baiturrahman merupakan peninggalan Kerajaan Aceh. Masjid ini dibangun pada tahun 1879–1881.
c. Masjid Agung Banten merupakan peninggalan Kerajaan Banten. Masjid ini didirikan Sultan Ageng Tirtayasa.
d. Masjid Kudus terdapat di Kudus, Jawa Tengah yang didirikan oleh Sunan Kudus.
2. Makam

Siti Fatimah binti Maimun Gresik
Makam merupakan tempat untuk mengubur orang yang sudah meninggal. Letak makam umumnya berada di lereng-lereng bukit. Akan tetapi banyak juga yang berada di tempat datar. Misalnya Makam Sultan Malik as Shaleh dan Sultan Iskandar Muda (di NAD), Makam Maulana Malik Ibrahim (di Gresik, Jawa Timur), serta makam rajaraja Gowa–Tallo (di Makassar, Sulawesi Selatan).

3. Keraton

kraton-yogyakarta

Keraton atau istana merupakan bangunan yang luas untuk tempat tinggal raja dan
keluarganya. Beberapa keraton atau istana yang merupakan peninggalan kerajaan
Islam adalah sebagai berikut.
a. Keraton Kasunanan Surakarta (Jawa Tengah).
b. Kasultanaan Jogjakarta (Jogjakarta).
c. Kasepuhan dan Kanoman Cirebon (Jawa Barat).
d. Kasultanan Ternate (Maluku Utara).
e. Kasultanan Deli (Sumatra Utara).
Keraton atau istana manakah yang ada di dekat tempat tinggalmu?
Cobalah berkunjung ke sana pada waktu liburan.
4. Seni Ukir
Seni ukir yaitu lukisan, gambar, atau hiasan yang ditorehkan/dipahatkan pada kayu, batu, logam, dan lain sebagainya. Contoh seni ukir terdapat pada masjid Mantingan (Jepara), ukiran kayu dari Cirebon, ukiran pada makam (Gunongan) di Madura, ukiran pada gapura makam Sunan Pandanaran (Klaten), dan gapura makam Sendang Dhuwur (Tuban).
5. Aksara, Kaligrafi, dan Naskah
Aksara yaitu sistem tanda-tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Berikut ini peninggalan sejarah yang berupa aksara.
a. Aksara Jawi (Arab Melayu), yaitu aksara Arab yang terdapat di Sumatra dan Semenanjung Malaka.
b. Aksara Pegon yaitu aksara Arab dalam bahasa Sunda dan Jawa.
c. Aksara Arab gundul yaitu aksara Arab tanpa disertai baris dan harakat.
Kaligrafi yaitu seni menulis indah menggunakan huruf Arab. Naskah adalah karangan asli seseorang yang masih berbentuk tulisan tangan. Naskah-naskah yang ditemukan rata-rata berbahasa Arab.
a. Gharib al Hadist merupakan kumpulan hadis. Disusun oleh Abu Ubaidah Alqassim bin Sallam. Naskah ini tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden Belanda.
b. Naskah yang disusun oleh Abu Qurairah berisi tentang tauhid. Naskah ini tersimpan di British Museum London.
6. Seni Pertunjukan, Budaya, dan Tradisi
Seni pertunjukan memiliki beberapa macam bentuk. Misalnya tarian, musik, atau
lakon tertentu semacam wayang. Berikut ini contoh seni pertunjukan.
a) Seni tari: Saman, Seudati, Zapin, dan Rudat.
b) Seni musik: rebana, orkes, dan gambus.
c) Seni suara: qasidah dan shalawat.
d) Seni pakeliran: wayang Menak (ceritanya dari Persia)
e) Adat istiadat: pakaian adat, upacara adat, dan lain-lain.
7. Kesusastraan
Peninggalan sejarah Islam berupa karya sastra di antaranya sebagai berikut.
a. Hikayat, yaitu karya sastra lama bercorak Islam yang berisi cerita pelipur lara atau pembangkit semangat. Misalnya Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Jauhar Manikam.
b. Syair, yaitu sajak yang terdiri atas empat bait di mana setiap baitnya terdiri empat baris. Misalnya Syair Peratun, Syair Burung Pingai, dan Syair Burung Pungguh.
c. Suluk, yaitu kitab-kitab yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Misalnya Suluk Suka Rasa, Suluk Wujil, serta beberapa syair dan prosa tulisan Hamzah Fansuri.
d. Babad, yaitu cerita yang lebih menekankan pada sejarah atau latar belakang kejadiannya. Misalnya Babad Tanah Jawi atau riwayat para nabi, Kitab Manik Mayu, dan Kitab Ambia yang berisi cerita dari Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad saw.
e. Kitab yang berisi ajaran moral dan tuntunan hidup sesuai dengan syariat dan adat. Contoh kitab di antaranya Tajus-Salatin (Mahkota Segala Raja) karya Bukhari al Jauhari, serta Bustanus-Salatin dan Siratul Mustaqin karya Nurudin ar Raniri atas perintah Sultan Iskandar Muda II.

materi diatas bisa di download dengan bentuk PDF di :

Perkembangan Agama Islam di Indonesia

sumber : bse ips kls 4

Tinggalkan komentar